Berbicara
mengenai sejarah mawlid Nabi SAAW di Kanzus sholawat ini sulit juga, karena
sejarahnya yang panjang, dan saya (Mawlana al-Habib Luthfi) meneruskan yang
sudah dimulai oleh Sayyid Toha yang bergelar Sayyid Thohir (al-Habib Toha bin
Muhammad al-Qadli bin Yahya).
Sayyid
Toha pertama kali masuk Indonesia berda’wah dengan gerakan mawlid Nabi SAAW.
Ada yang pakai terbang, ada juga yang pakai gendang jawan. Pada waktu itu belum
ada Simthud durar. Yang populer masuk Indonesia Barzanji, ad-Diba’. Mawlid
Ahzab belum masuk, karena Sayyid Muhammad Ahzab hidup di abad 18, sedangkan
Habib Toha hidup di abad 17. Kalau dijumlah, total kitab mawlid itu sekitar 360
kitab.
Habib
Toha wafat tahun 1202 H. Pertama kali tinggal di Penang Malaysia. Di zamannya,
beliau terkenal sebagai ulama yang sangat ‘alim ‘allamah ahli hadits dan ahli
fiqih. Dari Penang kemudian da’wah di Banten, Cirebon, Surabaya, dan terakhir
di Semarang. Beliau wafat dan dimakamkan di Depok Semarang, wa qiila di Penang.
Beliau punya anak 14 yang terdiri atas 11 laki-laki, dan 3 perempuan. Semuanya
itu menjadi awliyaa dan ulama besar.
Lalu
mawlid diteruskan oleh putra-putra beliau, terutama oleh Habib Hasan Kramat
Jati Semarang. Habib Hasan pernah tinggal di Pekalongan. Beliau dimakamkan di
Semarang. Semasa hidupnya berjuang melawan penjajah Belanda dan disegani.
Perjuangan beliau di kawasan pantura, dan beliau dijuluki Singa Barong.
Setelah Habib Hasan
wafat, mawlid diteruskan oleh Habib Toha Ciledug dan adik-adik Habib Toha
(Habib Toha bin Hasan adalah putra pertama). Dan kemudian diteruskan oleh
putra-putra Habib Toha, diantaranya yaitu Habib Hasyim yang ‘alim ‘allamah,
yang wafat dan dimakamkan di Madinah. Lalu Habib Muhsin bin Toha yang berda’wah
di Kutai Kalimantan yang wafat dan dimakamkan di Pulau Sinumpak Kalimantan.
Kemudian
juga oleh Habib Umar bin Toha. Dulu Habib Umar di Sindanglaut Cirebon. Beliau
yang pertama kali membuka pesantren dan melahirkan ulama-ulama besar, khususnya
ulama di kawasan Cirebon dan Jawa Barat.
Setelah
Habib Umar wafat diteruskan oleh putra dan putri beliau. Diantaranya Habib
Hasyim di Pekalongan. Habib Hasyim itu kalangan Habaib yang mendirikan
pesantren dan madrasah di wilayah Pekalongan. Sebelum Habib Hasyim banyak pula
Pesantren yang melahirkan ulama, seperti Kiai Khomsah Landungsari, Kiai Aghuts
Kenayagan, Kiai Murtadlo Sampangan, Kiai Abdul Aziz Banyurip, dan para Kiai
tersebut termasuk mensyiarkan mawlid Nabi SAAW.
Dari
Habib Hasyim, para kiai merintis da’wah, diantaranya melalui mawlid Nabi SAAW,
sehingga masyarakat mengenal lebih jauh apa itu Islam, mengerti al-Quran, dan
sebagainya dalam Syariat Allah Ta’ala, serta mengenal pembawa al-Quran ialah
Baginda Nabi SAAW, yang sehingga melahirkan muhibbiin, artinya cinta pada Rasul,
pasti cinta pada Allah. Bila tumbuh cinta pada Allah dan Rasul, akan cinta pada
al-Quran dan akan lebih berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul
SAAW.
Di
zaman itu, mawlid terbesar di Jawa adalah di Habib Abdullah bin Muhsin Bogor,
dan Habib Hasyim bin Umar Pekalongan. Sehingga di Zaman tersebut khusus di
Habib Hasyim (masjid An-Nur Pekalongan) dari mulai simpang empat sampai simpang
empat terhampar permadani dan tikar di sepanjang jalan. Tidak cukup itu saja,
hiasan-hiasan mewarnai tempat dan menjadi keindahan tempat mawlid.
Dalam
mawlid, Habib Hasyim tidak memungut bantuan. Kekayaan Habib Hasyim dicurahkan
atau dititikberatkan untuk dunia pendidikan dan da’wah. Penghasilan Habib
Hasyim adalah dari Indramayu, tenpat kelahiran beliau, dari pertanian yang
cukup luas, dan juga bisnis yang lainnya.
Pada
saat wafatnya Habib Hasyim, yang ditinggalkan oleh Habib Hasyim hanyalah
masjid, pesantren, madrasah, dan kitab-kitab beberapa lemari, serta dua jubah,
satu jubah untuk shalat, satu yang lainnya dipakai saat beliau wafat. Pakaian
Habib Hasyim yang baru-baru banyak diberikan pada yang tidak mampu. Habib
Hasyim dalam mendidik putra-putra dan santri-santri, beliau tidak memberikan
ikan, tapi memberi kail. Maka putra-putra dan murid-murid Habib Hasyim militan
dalam da’wah.
Sebelum
mendirikan pesantren, da’wah Habib Hasyim dengan masuk ke desa-desa, mengajar
di desa-desa, membangun mushala di desa-desa di wilayah Pekalongan. Baru pada
tahun 1301 H membuat pesantren. Dari sejak muda, hidup dan dunia Habib Hasyim
untuk kepentingan agama. Dari tahun didirikannya pesantren, perkembangan mawlid
mulai pesat dan ramai di Pekalongan, sehingga menimbulkan kecurigaan di pihak
penjajah, namun sulit untuk dihentikan, karena dari pandangan penjajah, mawlid
yang diadakan Habib Hasyim tidak memiliki tendensi politik.
Pada
waktu itu, Habib Hasyim mempunyai pengaruh yang sangat besar, diantaranya Mbah
Kyai Hasyim Asy’ari dan Mbah Kyai Amir yang terkenal sebagai orang yang
‘allamah, dan tokoh-tokoh besar lainnya yang menjadikan Habib Hasyim sebagai
rujukan. Sehingga pihak penjajah pun berhati-hati dalam menghadapi Habib
Hasyim.
Setelah
Habib Hasyim wafat, mawlid ini diteruskan oleh putra-putri dan menantu,
walaupun tidak sebesar zamannya Habib Hasyim. Sehingga mawlid itu terus
berjalan sampai sekarang yang diteruskan oleh cucu Habib Hasyim, walaupun di
tempat lain dengan melalui rintisan yang cukup berat.
Pertama
kali saya (mawlana al-Habib Luthfi) mengajar itu lima anak kecil-kecil di
Keputran, dan kemudian menjadi banyak dengan da’wah di Pekalongan sampai Jawa
Barat.
Mawlid
dirintis dari berapa puluh orang dulu sampai menjadi besar, apalagi setelah
terbangunnya gedung sholawat. Dari situ mulai berkembang rangkaian mawlid Nabi
SAAW Kanzus Sholawat.
Tujuan
mawlid untuk melestarikan bangunan muhibbiin (pecinta Nabi SAAW). Karena dengan
membangun cinta tersebut, paling tidak akan membuahkan menjauhkan dari
perbuatan-perbuatan yang tidak disukai Allah dan Rasul SAAW.
Buah
dari mawlid akan lebih banyak menguak sejarah mutiara-mutaiar dari sahabat
sampai ulama pewaris Nabi SAAW dan pejuang bangsa. Apalagi di zaman seperti
sekarang ini, hampir banyak yang melupakan sejarah. Hal yang demikian sangat
menbgkhawatirkan. Bila umat atau bangsa ini sudah kepaten obor.
Apakah
ada dalilnya mawlid dan sejarah? Jawabnya ringkas saja, memperingati riwayat
hidup orang baik itu baik atau tidak? Apalagi di dalam al-Quran itu sendiri
menceritakan kelahiran Nabi Isa as., Nabi Yahya as., Nabi Musa as., Nabi Yusuf
as., dan ada beberapa surat namanya nama ulama dan seorang waliyyah diantaranya
surat al-kahfi, luqman, dan maryam. Ash-habul kahfi itu ulama, juga sayyidah
Maryam bukan Nabi perempuan. Begitu pula al-Quran menceritakan Sayyidah Asiyah
yang muminah dan waliyyah yang merawat Nabi Musa as. Andai riwayat kelahiran
Nabi Muhammad SAAW tidak tercantum di Al-Quran, apakah beliau-beliau itu lebih
mulya dari Baginda Nabi Muhammad SAAW?
Mari
kita belajar mengajak menambah rasa memiliki bersama apa yang di bawa oleh
Baginda Nabi SAAw dan Nabi SAAW sendiri, dengan mengundang tokoh-tokoh dan
masyarakat. Menambah wibawa umat Islam karena mau berpegang pada akhlaqul
karimah, menjadi kepanjangan tangan Nabi SAAW dalam rahmatan lil ‘alamin.
Dengan
mawlid melahirkan semangat dalam menambah bangunan-bangunan dalam Islam,
artinya dalam berda’wah dan menambah sarana pendidikan dan memperkokoh umat dan
bangsa, sehingga siap untuk menjawab tantangan umat dan bangsa.
Mawlid
itu sudah menjadi kebanggaan umat dari pribadi sampai melahirkan upacara dalam
peringatan mawlid tersebut, khususnya dalam ahlussunnah wal jama’ah, bukan
berarti yang lain tidak. Yang kebetulan ahlussunnah wal jama’ah di Indonesia
ini Mbah Kyai Hasyim Asy’ari membuat wadah yang diberi nama Nahdlatul ‘Ulama
yang berasas Islam aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, tapi ini tidak menafikan
Ahlussunnah wal Jama’ah yang lain yang tidak di dalam Nahdlatul ‘Ulama. Di luar
negeri Ahlussunnah wal Jama’ah, tapi nama organisasinya berbeda.
Pesan
kita dengan mawlid Nabi SAAW, Baginda Nabi SAAW adalah milik kami umat Islam
seluruh dunia. Dari itu kita akan lebih memperkokoh ukhuwwah islamiyyah dan
ukhuwwah wathaniyyah, sehingga Baginda Nabi SAAW menjadi cermin bagi kita
semua. Wallahu a’lam
------------------------------------
Disarikan dari dhawuh Mawlana al-Habib
Luthfi saat menjawab wawancara dari Najmul Afad (mahasiswa UNNES) tentang
sejarah Mawlid Nabi SAAW Kanzus Sholawat pada Sabtu malam Ahad setelah shalat
tarawih 22 Ramadlan 1435 H di lantai 2 kediaman Mawlana.
Sumber/Penulis : Syukron Ma’mun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar